SPASIKALTIM.COM – CEO OpenAI, Sam Altman, mengeluarkan peringatan tegas soal potensi penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI) yang bisa memicu krisis penipuan global dalam waktu dekat. Hal ini disampaikan Altman dalam forum bersama Federal Reserve dan perwakilan lembaga keuangan besar Amerika Serikat.
Altman menyoroti betapa masih banyaknya institusi keuangan yang menggunakan verifikasi suara untuk mengesahkan transaksi keuangan. Menurutnya, hal ini sangat rentan disalahgunakan, karena teknologi AI saat ini sudah bisa meniru suara manusia dengan sangat akurat.
“Yang membuat saya sangat khawatir adalah masih ada lembaga keuangan yang menerima rekaman suara sebagai metode autentikasi untuk memindahkan sejumlah besar uang. Itu benar-benar gila,” kata Altman seperti dikutip dari CNBC, Kamis (31/7/2025).
Altman menjelaskan, AI modern telah mengalahkan sebagian besar sistem autentikasi konvensional, kecuali kata sandi. Ia menilai penggunaan rekaman suara sebagai verifikasi bukan hanya ketinggalan zaman, tapi juga sangat berbahaya.
Peringatan ini sejalan dengan rilis FBI sebelumnya, yang mengungkap meningkatnya penipuan berbasis AI, termasuk praktik kloning suara dan pembuatan video deepfake. Beberapa kasus bahkan mencatut suara anak untuk menipu orang tua mereka. Belakangan, juga dilaporkan penggunaan suara AI yang menyerupai Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, untuk menghubungi pejabat tinggi.
“Saya sangat khawatir kita akan menghadapi krisis penipuan besar dalam waktu dekat,” tegas Altman.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa OpenAI tidak membuat alat peniru suara. Namun, ia tak menampik bahwa tantangan ini tak bisa dihindari, mengingat teknologi berkembang sangat cepat.
Sebagai bentuk antisipasi, Altman mendukung pengembangan The Orb, sebuah alat verifikasi berbasis biometrik yang diklaim mampu membedakan antara manusia dan AI. Alat ini dinilai penting dalam menghadapi era digital yang semakin kabur batas antara nyata dan tiruan.
Tak hanya soal penipuan, Altman juga menyuarakan kekhawatirannya terkait masa depan AI, terutama saat perusahaan teknologi berlomba mengembangkan AI superintelligence.
Ia pernah menyatakan bahwa AI bisa melampaui kecerdasan manusia di era 2030-an. Namun, hingga kini, belum ada definisi pasti soal apa itu superintelligence, maupun kapan tepatnya itu akan tercapai.
Sementara itu, mengenai potensi AI menghilangkan pekerjaan manusia, Altman memilih untuk tidak membuat prediksi berlebihan.
“Banyak prediksi terdengar sangat cerdas. Tapi sebenarnya, tidak ada yang tahu. Ini terlalu kompleks dan terlalu baru,” ujarnya.(*)